Pada
tahun 1930an para ahli mempelajari susunan kimia gen melalui
pendekatan biofisik dan biokimia, yang kemudian berkembang melahirkan
cabang ilmu baru yang disebut Biologi Molekular. Keterkaitan antara
Genetika dan Biologi Molekular memunculkan istilah Genetika
Molekular, yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk gen.
Gen
terletak pada kromosom. Komponen kimiawi kromosom, DNA dan protein,
perlu pembuktian yang mana yang merupakan materi genetik. Seorang
ahli kesehatan dari Inggris, Frederick Griffith, mempelajari penyebab
penyakit pneumonia pada mamalia, yaitu bakteri Streptococcus
pneumoniae. Dia mempunyai 2 strain bakteri, yaitu yang dapat
menyebabkan penyakit dan lainnya tidak. Bakteri penyebab penyakit,
ada 3 tipe, tipe I, II dan III, mempunyai ciri spesifik, yaitu adanya
kapsul yang menyelubungi seluruh sel. Selubung kapsul menyebabkan
permukaan bakteri tersebut halus (smooth). Bakteri ini disebut juga
bakteri tipe S (singkatan dari smooth). Bakteri yang tidak berbahaya,
mempunyai permukaan sel yang kasar, karena tidak diselubungi oleh
kapsul. Bakteri ini disebut bakteri tipe R (singkatan dari rough).
Percobaan Griffith |
Percobaan
Griffith memberikan penjelasan awal tentang adanya sesuatu (gen?)
yang dapat berpindah dan menyebabkan terjadinya perubahan pada sel
tersebut. Empat percobaan yang dilakukan Griffith adalah sebagai
berikut :
- Tikus setelah disuntik dengan kultur bakteri tipe S (bakteri virulen) akan mati
- Tikus lain disuntik dengan bakteri nonpatogen tipe R, tikus tetap sehat tidak mati
- Percobaan lainnya, bakteri tipe S dimatikan dengan pemanasan 60 oC selama 3 jam, kemudian disuntikkan pada tikus, ternyata tikus tersebut tetap sehat. Kesimpulan dari percobaan ini adalah bakteri virulen S akan menyebabkan penyakit pada tikus, apabila dalam keadaan hidup .
- Percobaan terakhir, Griffith mencampur bakteri tipe S yang telah mati karena pemanasan dengan bakteri tipe R, kemudian disuntikan pada tikus. Tikus percobaan sakit, dan dari hasil otopsi, ditemui banyak bakteri tipe S pada tikus tersebut. Ada substansi yang berasal dari bakteri tipe S yang sudah mati, mengubah sel bakteri tipe R menjadi bentuk bakteri virulen (tipe S).
Sifat
patogenitas yang dimiliki bakteri tipe R ini ternyata diwariskan ke
semua keturunannya. Griffith belum mengetahui substansi yang
menyebabkan perubahan yang diwariskan. Fenomena ini disebut
transformasi, yaitu perubahan genotip dan fenotip yang disebabkan
oleh asimilasi DNA eksternal.
Prinsip transformasi |
Percobaan
Griffith dilanjutkan oleh Oswald Avery, Colin MacLeod dan McCarty, 14
tahun kemudian. Bersama-sama teman-temannya dia menggunakan kultur
bakteri tipe S yang telah mati karena pemanasan. Mereka memecah sel
bakteri dengan detergen dan menggunakan sentrifus memisahkan komponen
sel (ekstrak sel) dengan penyusun sel lainnya. Ekstrak sel bakteri
tersebut kemudian diinkubasi bersama kultur bakteri R yang hidup,
kemudian ditumbuhkan pada media kultur di petridish. Adanya
pertumbuhan bakteri S pada media kultur menunjukkan bahwa ekstrak
mengandung prinsip transformasi, yaitu materi genetik dari bakteri S
mengubah bakteri R menjadi bakteri S. Avery dkk menduga bahwa satu
diantara komponen makromolekul yang terdapat di dalam ekstrak--
polisakarida, protein, RNA, dan DNA adalah penyebab transformasi.
Untuk
menentukan penyebab transformasi, komponen penyusun sel dirusak satu
per satu dengan menggunakan enzim yang spesifik untuk substansi
tersebut. Contoh : untuk merusak protein menggunakan enzim protease,
untuk merusak RNA menggunakan enzim ribonuklease. Hasil percobaan
Avery dkk membuktikan bahwa degradasi komponen– komponen penyusun
sel tidak menghalangi berlangsungnya prinsip transformasi, kecuali
ketika molekul DNA dirusak dengan menggunakan enzim
deoksiribonuklease.
Percobaan Oswald Avery dkk |
Versi modern percoban transformasi Avery |
Bukti
lain bahwa DNA merupakan materi genetik dapat dipelajari dari
bakteriofag atau faga, yaitu virus yang menginfeksi bakteri. Komponen
virus terdiri dari DNA (atau RNA pada virus tertentu) dan protein
yang menyelubunginya. Untuk memperbanyak diri, virus harus
menginfeksi sel dan mengambil alih perangkat metabolisme sel
tersebut. Bakteriofag artinya pemakan bakteri. Materi genetik dari
bakteriofag yang dikenal sebagai T2 itu adalah DNA. Alfred Hershey
dan Martha Chase menyebutkan T2 merupakan salah satu dari faga yang
menginfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli) yang hidup di usus
mamalia. Seperti virus lainnya T2, terdiri dari DNA dan protein.
Melalui E.coli, T2 bisa memperbanyak diri, sehingga disebutkan bahwa
E.coli sebagai pabrik penghasil T2 yang dilepas ketika sel itu pecah.
T2 dapat memprogram sel inang (E.coli) untuk memproduksi virus,
tetapi belum diketahui bagian mana dari virus tersebut yang berperan
program tersebut, protein atau DNA.
Hershey
dan Chase melakukan percobaan untuk membuktikan bagian mana dari dua
komponen penyusun T2 yang masuk ke dalam sel bakteri. Dalam percobaan
ini mereka menggunakan isotop radio aktif yang berbeda untuk menandai
DNA dan protein. Pertama kali, T2 ditumbuhkan dengan E.coli dalam
sulfur radio aktif (35S). Karena protein mengandung sulfur, atom-atom
radio aktif ini hanya masuk ke dalam protein faga tersebut. Dengan
cara yang serupa, kultur T2 yang berbeda ditumbuhkan dalam fosfor
radio aktif ( 32P).
Karena
DNA mengandung fosfor, bukan protein, maka fosfor radio aktif akan
melekat pada DNA. Kedua macam kultur mengandung T2 yang sudah
berlabel radio aktif tersebut kemudian dibiakkan secara terpisah
bersama kultur E. Coli yang non radio aktif. Setelah terjadi infeksi,
kultur diblender untuk melepaskan bagian faga yang terdapat di luar
sel bakteri. Hasil blender kemudian diputar dengan sentrifus,
sehingga ada bagian sel yang membentuk pelet di dasar tabung
sentrifus. Bagian lainnya yang lebih ringan berada di dalam cairan
(supernatan).
Dari
hasil pengamatan radioaktivitas di dalam pelet dan supernatan, dapat
dibuktikan bahwa bakteri yang terinfeksi faga T2 yang berlabel
radioaktif pada proteinnya, sebagian radioaktifnya ditemukan di dalam
supernatan yang mengandung partikel-partikel virus. Hasil ini
membuktikan bahwa protein faga tidak memasuki sel inang. Pada bakteri
yang terinfeksi faga T2 yang DNA-nya ditandai dengan fosfor
radioaktif, hasil peletnya yang merupakan materi bakteri, sebagian
besar mengandung unsur radioaktif tersebut. Ketika bakteri tersebut
dikembalikan ke dalam kultur, infeksi terus berjalan, dan melepaskan
faga-faga yang mengandung fosfor radioaktif.
Hershey
dan Chase menyimpulkan bahwa DNA virus masuk ke dalam sel inang,
sementara sebagian besar protein tetap berada di luar. Masuknya
molekul DNA ini menyebabkan sel-sel memproduksi DNA dan protein virus
baru. Peristiwa ini membuktikan bahwa asam nukleat merupakan materi
herediter, bukan protein.
Percobaan Hershey – Chase |
Pada
umumnya organisme memiliki DNA sebagai materi genetiknya, tetapi
sebagian virus yang menginfeksi bakteri, hewan maupun tumbuhan bukan
DNA melainkan RNA yang merupakan pembawa informasi genetik. TMV
(Tobacco Mosaic Virus) adalah virus penyebab penyakit pada tanaman
tembakau yang memiliki RNA, bukan DNA, sebagai materi genetiknya.
Komponen lain yang menyusun TMV adalah protein yang bersama RNA
membentuk konfigurasi spiral (helikal).